wartabianglala.com, Lahat — Di tengah gemerlap Grand Ballroom Hotel Santika Lahat, pagi ini Selasa (02/07/2025) bukan sekadar pertemuan organisasi—ia adalah panggung sejarah. Konferensi Kabupaten ke-XXIII PGRI Kabupaten Lahat resmi dibuka, menjadi ruang yang sarat makna bagi para penjaga peradaban: guru. Suasana penuh khidmat dan haru menyelimuti ruangan, ketika para pendidik dari 24 kecamatan berkumpul, menyatukan suara, dan menyalakan kembali semangat juang di altar ilmu dan pengabdian.
Dibuka langsung oleh Bupati Lahat, Bursah Zarnubi, S.E., dan dihadiri tokoh-tokoh penting seperti anggota DPRD Lahat Sri Marhaeni Wulansih, S.H., serta Wakil Ketua I PGRI Sumsel H. Drs. Lukman Haris, M.Si., Konferkab ini menjadi wujud nyata dari amanat AD/ART PGRI: lima tahun sekali, sebuah momentum untuk mengevaluasi langkah, menyusun arah, dan menentukan pemimpin baru yang akan mengawal perjuangan pendidikan ke depan. Hadir pula Syahrial, S.Pd., M.Si., Drs. Hery Amirul, M.M., Dewan Pendidikan Kabupaten Lahat, perwakilan OPD, dan unsur sayap organisasi seperti LKBH, PLSCC, Perempuan PGRI, DKGI, serta para peninjau dan undangan lainnya.
Ketua PGRI Lahat masa bakti XXII, Dr. Hasperi Susanto, S.Pd., M.M., dalam pidato reflektifnya menyampaikan rentetan capaian yang menjadi bukti nyata dedikasi dan kerja kolektif PGRI Lahat: sukses sebagai tuan rumah HUT PGRI ke-77 tingkat Sumsel, pembentukan lembaga strategis, hingga ragam kegiatan yang menjunjung literasi, inovasi, dan seni budaya. Di balik semua pencapaian itu, ada tangan-tangan guru yang bekerja dalam senyap, namun berdampak luas.
“Guru bukan hanya pencetak nilai, tapi penabur nilai-nilai kehidupan,” ujar Hasperi dengan suara yang lirih namun membakar semangat. Ia menegaskan bahwa Konferkab ini bukan sekadar forum pergantian kepengurusan, melainkan titik balik menuju organisasi yang lebih adaptif dan inklusif. Di antara agenda strategis yang ditawarkan untuk masa depan: penerbitan karya literasi guru dan siswa, pendirian sanggar teater, pembangunan ruang literasi desa, hingga penguatan perpustakaan digital.
Setelah sambutan Hasperi, Wakil Ketua I PGRI Sumatera Selatan, H. Drs. Lukman Haris, M.Si., turut menyampaikan apresiasinya. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya Konferkab sebagai jantung dari dinamika organisasi. “Konferkab bukan hanya soal memilih pengurus, tapi soal memperkuat fondasi, menyusun langkah strategis, dan memastikan roda organisasi tetap bergerak sesuai marwahnya,” ujar Lukman. Ia menjelaskan bahwa struktur PGRI sebagai organisasi profesi memiliki peran kunci dalam memperjuangkan hak-hak guru, melindungi profesi, serta menjadi mitra kritis sekaligus konstruktif bagi pemerintah. Ia pun mengapresiasi Kabupaten Lahat yang dinilainya sebagai salah satu cabang paling progresif di Sumatera Selatan. “Kami melihat dari Lahat ini lahir semangat yang menular, inovasi yang menyala, dan teladan organisasi yang patut dicontoh,” tambahnya.
Dalam arahannya, Bupati Lahat Bursah Zarnubi, S.E., mengingatkan pentingnya peran guru di era digitalisasi. Ia berharap lahir guru-guru yang inovatif, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman tanpa melupakan akar karakter bangsa. “Kami ingin guru yang tak hanya cakap teknologi, tapi tetap menjadi teladan dalam nilai-nilai luhur, dalam akhlak dan tanggung jawab sosialnya,” ucapnya.
Lebih lanjut, Bursah juga menyinggung tentang urgensi Rancangan Undang-Undang Perlindungan Guru yang saat ini tengah dibahas di tingkat nasional. Ia menilai, RUU tersebut menjadi harapan besar bagi para guru agar terlindungi secara hukum dalam menjalankan tugas mendidik di tengah tantangan zaman. “Guru kerap menjadi pihak yang berdiri paling depan, namun juga paling rentan. Maka negara wajib hadir, melindungi mereka bukan hanya secara moral, tapi juga secara hukum,” tegasnya.
Terkait kesejahteraan guru, Bupati menyampaikan komitmennya untuk terus memperjuangkan hak-hak guru, baik ASN maupun non-ASN. Ia menyadari bahwa kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kualitas hidup para pendidik itu sendiri. “Peningkatan kualitas pendidikan harus dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Karena mustahil mendidik dengan sepenuh hati jika hidup sendiri masih terbelenggu kekhawatiran,” ujarnya, yang kembali disambut tepuk tangan hadirin.
Suasana semakin syahdu ketika puisi karya Hasperi Susanto dibacakan, seolah menjadi gema nurani yang mengingatkan bahwa pendidikan adalah ladang perjuangan yang sunyi tapi abadi. Penyerahan cindera mata, pengumuman pemenang lomba menulis surat untuk Bupati dan Wakil Bupati tingkat SMP-SMA, serta pemutaran film pendek berjudul SISA (Semangat Itu Selalu Ada) menjadi penutup sesi pembukaan yang tak hanya formal, tetapi penuh jiwa.
Di balik acara ini, bukan hanya struktur organisasi yang sedang disusun, tapi harapan sedang ditulis ulang—tentang masa depan Lahat yang lebih beradab, lewat tangan-tangan para guru yang tak pernah lelah menanam cahaya di tengah kelamnya zaman.
Dan dari Lahat, mereka memulainya. Lagi.