Irhamudin dan Jalan Jurnalistiknya

wartabianglala.com, Lahat Di tengah hiruk pikuk aktivitas Pemerintahan Kabupaten Lahat, sosok Irhamudin (50) tampak akrab hadir di berbagai kegiatan resmi. Tak jarang, pria bersahaja ini menjadi satu di antara wartawan yang paling awal datang dan paling akhir meninggalkan lokasi. Ia bukan sekadar pencatat peristiwa, tapi juga penjaga arah, penghubung antara suara rakyat dan kekuasaan.

Bagi Irham, yang kini menetap di kawasan Lembayung, Lahat, menjadi jurnalis bukan sekadar pekerjaan. Ia menyebutnya sebagai pilihan hidup. Dari sekian banyak profesi yang bisa ia tempuh, Irham memilih jalur jurnalistik karena ia percaya, di sanalah panggilannya berpijak. “Menjadi jurnalis adalah bentuk pengabdian. Kita hadir bukan hanya untuk meliput, tapi juga untuk memastikan bahwa kinerja pemerintah berjalan dalam koridornya,” ujarnya suatu pagi ketika ditemui usai meliput suatu acara pemkab. Selasa (08/07/2025).

Irham adalah kontributor aktif di Indonesialivetv.com. Di balik kamera dan catatan di HP-nya, ia membawa semangat yang nyala: menyampaikan kebenaran dengan jernih, dan menjaga jarak profesional antara kedekatan dan objektivitas.

Menurutnya, wartawan bukan hanya perpanjangan tangan dari media, tapi juga perpanjangan mata dari masyarakat. “Kita menjadi mata bagi yang tak bisa melihat langsung, menjadi suara bagi mereka yang selama ini tak pernah didengar,” ucapnya dengan mata berbinar. Ia percaya, setiap berita yang ditulis harus punya nilai: nilai informasi, nilai edukasi, dan nilai kontrol sosial.

Selama lebih dari dua dekade berkecimpung di dunia jurnalistik lokal, Irham paham benar tantangan yang dihadapi seorang wartawan. Apalagi di daerah, di mana kedekatan dengan narasumber dan tekanan sosial bisa menjadi bias yang menyesatkan. Namun Irham tetap berdiri di garis yang sama: tegak lurus pada kode etik dan kejujuran jurnalistik.

Baginya, fungsi wartawan jauh lebih dalam dari sekadar menyampaikan kabar. Wartawan adalah penjaga nurani publik. Dalam menjalankan tugasnya, seorang wartawan mesti menyaring informasi, membedakan mana fakta dan opini, dan menyampaikan realitas secara berimbang. Fungsi edukatif pun tak kalah penting: melalui pemberitaan yang tajam namun santun, wartawan bisa mendidik publik untuk berpikir kritis, memahami kebijakan, hingga menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

“Tidak semua orang punya kesempatan untuk duduk di ruang-ruang kebijakan, tapi lewat tulisan, saya ingin membawa mereka ke sana,” ujar Irham, sembari menunjukkan catatan di gawai merk Vivo—teman setianya sejak awal berkarier.

Irham juga memahami, media massa adalah salah satu pilar demokrasi. Wartawan, sebagai bagian dari media, berperan penting dalam mengawasi jalannya pemerintahan, menjadi penyeimbang kekuasaan, serta memberi ruang pada publik untuk menyampaikan aspirasi. Namun semua itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran moral.

“Jangan pernah sembarangan menulis. Satu kalimat kita bisa menyelamatkan, tapi juga bisa merusak. Maka gunakan pena dengan adab,” begitu pesannya saat kami bincangi.

Di usia 50 tahun, semangat Irham tidak redup. Ia masih meliput dengan sepenuh hati, berdiri di tengah panas dan hujan, demi satu tujuan: memastikan suara kebenaran tetap bergema di ruang publik. Baginya, tugas wartawan bukan hanya menulis hari ini, tapi juga menjaga sejarah esok.

Dalam wajahnya yang sederhana, tersimpan idealisme yang tak lekang oleh waktu. Irhamudin, wartawan dari Lembayung, adalah saksi diam peristiwa-peristiwa di Kabupaten Lahat—dan lebih dari itu, ia adalah suara nurani yang tak pernah ingin diam.

Pos terkait