Jakarta – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perhimpunan Gerakan Nusantara Raya (DPP PGNR), Oktaria Saputra, mengingatkan pemerintah agar serius membenahi program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, program yang dimaksudkan untuk memperbaiki gizi anak-anak sekolah justru banyak menimbulkan masalah di lapangan.
“Seharusnya MBG menjamin anak-anak kita mendapatkan makanan sehat. Tapi kenyataannya, ribuan anak malah keracunan karena makanan yang disajikan tidak terkontrol dengan baik. Ini masalah serius yang tidak boleh dianggap sepele,” kata Oktaria, Kamis (2/10).
Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menunjukkan hingga September 2025 sudah ada lebih dari 6.400 anak keracunan akibat menu MBG. Kasus terjadi di berbagai daerah seperti Sleman, Lebong, Bogor, hingga Tasikmalaya. Dari hasil laboratorium, ditemukan bakteri berbahaya seperti Salmonella dan E. coli pada beberapa makanan.
Masalah lain muncul dari menu yang disajikan. Ada sekolah yang membagikan burger, spageti, atau makanan olahan cepat saji yang sebenarnya tidak cocok dengan kebutuhan gizi anak. Belum lagi kasus keterlambatan distribusi, nasi yang keras, buah berjamur, sampai lauk yang basi.
“Anggaran yang disiapkan untuk program ini sangat besar, Rp171 triliun. Sayangnya, sampai sekarang yang cair baru sekitar 3 persen. Kalau pengelolaannya tidak transparan dan tidak diawasi ketat, program ini hanya akan jadi proyek politik, bukan solusi gizi,” tegasnya.
Oktaria mendesak pemerintah bersama Badan Gizi Nasional melakukan evaluasi menyeluruh, bahkan menghentikan sementara program jika diperlukan, sampai sistem pengawasan dan standar mutu benar-benar diperbaiki. Ia menekankan pentingnya sertifikasi dapur, distribusi yang tepat waktu, penyedia yang kompeten, dan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan.
“Kalau dibiarkan, MBG hanya akan merugikan anak-anak. Tapi kalau dibenahi dengan serius, program ini bisa jadi warisan baik untuk generasi emas Indonesia,” tutupnya.