wartabianglala.com, Lahat — Semangat melestarikan warisan budaya lokal kembali berkobar di lingkungan pendidikan Kabupaten Lahat. Hari ini, SMP Negeri 1 Lahat Selatan menggelar kegiatan literasi sekolah dengan mengetengahkan sastra daerah melalui tajuk “Sastra Tutur Masuk Sekolah: Merawat Warisan Leluhur Agar Tidak Punah”. Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam menghidupkan kembali kekayaan tradisi lisan yang nyaris terlupakan. Jumat (18/07/2025).
Kegiatan yang diikuti oleh siswa-siswi kelas VIII dan IX ini dibuka secara langsung oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Dr. Hasperi Susanto, S.Pd., M.M. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa sastra tutur merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.
“Sastra tutur merupakan warisan budaya yang tidak hanya indah secara estetika, tapi juga kaya akan makna kehidupan. Ia adalah bentuk sastra lisan yang berkembang jauh sebelum tulisan dikenal. Melalui sastra tutur, para leluhur menyampaikan nilai-nilai, petuah, adat istiadat, hingga filosofi hidup kepada anak cucunya. Tradisi ini tidak sekadar hiburan, tapi merupakan pendidikan karakter yang diwariskan secara turun-temurun,” tegas Hasperi.
Ia juga menyebutkan bahwa Kabupaten Lahat memiliki berbagai jenis sastra tutur seperti Guritan, Tadut, Andai-andai, serta petata-petiti, yang perlu terus dikenalkan dan dilestarikan oleh generasi muda.
“Kekayaan ini tidak boleh hanya menjadi cerita masa lalu. Maka hari ini, kita menghidupkannya kembali di ruang kelas, di tengah para pelajar, agar warisan leluhur kita tidak lekang oleh zaman, tidak punah oleh kemajuan teknologi,” tambahnya.
Dalam kegiatan ini, hadir dua tokoh budaya dari Dewan Kesenian Lahat yang menjadi pemateri, yakni Irfan Witarto dan Yardi Chan. Keduanya dikenal sebagai penggiat sastra lokal yang konsisten memperjuangkan eksistensi seni tutur di tengah gempuran budaya global.
“Beliau berdua bukan hanya pelaku seni, tetapi juga penjaga api sastra lokal agar terus menyala, menghangatkan generasi muda dengan kearifan budaya daerah,” kata Hasperi mengapresiasi.
Kepala SMPN 1 Lahat Selatan, Johan Kapri, M.Pd., turut memberikan harapan besar atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Semoga kegiatan ini membawa manfaat, menginspirasi, dan menjadi awal dari semangat baru dalam menjaga sastra lokal kita,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya menyatukan pendidikan formal dengan nilai-nilai budaya lokal. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, kehadiran sastra tutur di sekolah diharapkan menjadi pelindung akar jati diri generasi muda Lahat.
“Anak-anak kami tercinta, jangan pernah merasa malu menjadi bagian dari budaya sendiri. Justru di tengah derasnya arus globalisasi, siapa yang mengenal dan menghormati budayanya sendiri, dialah yang akan tetap tegak berdiri sebagai manusia yang utuh dan berakar kuat,” pungkas Hasperi menutup sambutan yang disambut tepuk tangan meriah para siswa.
Dengan semangat ini, SMPN 1 Lahat Selatan membuktikan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar ilmu pengetahuan modern, tetapi juga ruang untuk menjaga dan merawat identitas budaya yang luhur.





