wartabianglala.com, Lahat (Selasa, 09/07/2025)— Angin segar berembus dari ruang-ruang seni Kabupaten Lahat. Mendadak, muncul gelombang dukungan dari berbagai kalangan pelaku seni, budayawan, hingga tokoh pemuda, yang menyuarakan harapan agar Bakrun Satia Darma (BSD) menakhodai Dewan Kesenian Lahat (DKL) periode 2025–2030. Nama BSD muncul bukan tanpa alasan. Ia dikenal luas bukan hanya sebagai jurnalis senior dan Pemimpin Redaksi media, tetapi juga sebagai pribadi yang memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia seni dan memiliki rekam jejak organisasi yang mumpuni.
“Oi, senang nian aku. Pacak sanggar ku hidup lagi. Jika ada 100 kali pemilihan, bisa 100 kali ku coblos BSD,” ujar Ana, seorang penggiat seni tari yang tinggal di kawasan Pasar Bawah, matanya berbinar penuh harapan.
Ana tidak sendiri. Semangat serupa juga digaungkan oleh Muhammad Hatta, anggota grup nasyid di Lahat, yang menilai BSD sebagai sosok yang tidak hanya memahami denyut seni, tetapi juga memiliki kecakapan dalam memanajemen organisasi seni agar tidak stagnan di tengah zaman.
“BSD itu pemimpin media yang sudah terbukti paham manajemen dan jaringan. Ia paham seni, tapi juga tahu cara menghidupkannya. DKL ke depan butuh sosok seperti beliau yang bisa menyatukan semua genre seni, dari nasyid, puisi, hingga seni kontemporer.”
Dukungan untuk BSD juga datang dari Jujun Trius, S.Sos., Sekretaris DPD PUI Kabupaten Lahat. Menurutnya, kemajuan suatu daerah bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga bagaimana seni dan kebudayaan ditempatkan sebagai elemen penting dalam pembangunan berkelanjutan.
“Kesenian adalah salah satu kepingan terakhir yang harus diletakkan pada puzzle menata kota membangun desa. Untuk menggenapkan itu, Bakrun Satia Darma adalah tokoh yang layak untuk membawa Dewan Kesenian Lahat ke arah yang lebih inklusif dan progresif,” tegas Jujun.
Nada yang sama disuarakan oleh tokoh muda Kabupaten Lahat, Ahmad Syahri Kurnianto, atau yang akrab disapa Gus Ayi.
“Kak BSD itu dak ado kurangnyo. Kalo beliau berkenan, jadi barang tu. Kami yakin, kesenian Lahat akan tumbuh dengan arah yang jelas dan merangkul semua seniman,” ujarnya singkat namun padat.
Dari kalangan seniman musik, Irawan — seorang seniman orgen tunggal — pun menyampaikan dukungan penuh. Ia menyebut selama ini banyak kegiatan kesenian di Lahat yang cenderung tersentral di kalangan tertentu, tanpa menyentuh para seniman akar rumput.
“Kk Bakrun jeme ilok. Ngerti die keluhan jeme seni. Sangat ndukung ame die ncalon ketue DKL. Ame selama ini DKL dek bepihak nga jeme seni lok kami-kami ni. Ado kegiatan seni, tinggal tulah pokoknyo,” ucapnya, menyiratkan harapan akan kepemimpinan DKL yang lebih merangkul dan demokratis.
Salah satu dukungan paling bernas datang dari penyair muda Lahat yang telah menorehkan prestasi nasional, Chichi Permata. Menurut Chichi, DKL perlu lebih serius menggarap bidang sastra, dan BSD adalah figur yang bisa membangun ekosistem sastra yang berdaya cipta dan berkelanjutan.
“Saya melihat BSD sebagai sosok yang bisa menghidupkan kembali gairah sastra di Lahat. Ke depan, saya berharap ada lebih banyak produk-produk kesusastraan yang bisa lahir dari tangan seniman lokal—mulai dari antologi puisi, buku cerpen, penerbitan majalah budaya, hingga pelatihan menulis. Dan BSD saya yakin mampu mendorong itu semua menjadi nyata.”
Munculnya nama Bakrun Satia Darma dalam wacana kepemimpinan DKL memberi harapan baru bagi para pelaku seni di Kabupaten Lahat. Bagi mereka, seni bukan sekadar ekspresi, melainkan juga bagian dari identitas dan pembangunan peradaban. Sosok BSD dinilai mampu menjembatani antara seni sebagai ruh budaya dan manajemen sebagai kendaraan kemajuan.
Kini, suara-suara dari sanggar, panggung, hingga ruang redaksi bergema dalam satu nada: saatnya Dewan Kesenian Lahat dipimpin oleh sosok yang mampu mengelola bukan hanya cinta terhadap seni, tapi juga strategi untuk menghidupkannya. Dan semua mata kini tertuju pada satu nama: Bakrun Satia Darma.