wartabianglala.com, Lahat –Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lahat, Ir. Hj. Sri Meliyana, mengimbau para tenaga pendidik dan orang tua untuk terus mengenalkan bahasa ibu atau bahasa daerah asal kepada anak-anak sejak usia dini. Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara pelepasan siswa TK Tut Wuri Handayani yang dikemas dalam pentas seni di Gedung Pertemuan Pemkab Lahat, Rabu (18/06/2025).
Dalam sambutannya, Sri Meliyana yang juga merupakan Anggota Komisi IX DPR RI, menekankan bahwa bahasa ibu bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga merupakan identitas, jati diri, dan akar budaya yang mempererat rasa kebersamaan.
Ia kemudian mencontohkan pengalaman pribadinya saat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Menurutnya, kemampuan berbahasa daerah — bahasa ibu yang ia kuasai sejak kecil — telah menjadi kunci penting dalam membangun kedekatan dengan masyarakat di berbagai wilayah Sumatera Selatan.
“Saya ini bukan siapa-siapa dulunya. Tapi karena saya bisa berbahasa ibu, saya bisa menyapa dan menjalin keakraban dengan masyarakat di banyak daerah, terutama di 11 kabupaten/kota di Sumsel yang bahasanya serumpun dengan bahasa Lahat,” ujarnya.
Sri Meliyana menyebutkan bahwa sejumlah wilayah seperti Kisam dan Mekakau di Kabupaten OKU Selatan memiliki kemiripan bahasa dengan Lahat, sehingga saat berkampanye ia bisa mudah diterima karena masyarakat merasa nyaman dan dekat secara budaya serta bahasa.
“Bahasa ibu itu menyatukan, menjembatani hati. Inilah kekuatan budaya kita yang tak ternilai. Jadi sebelum anak-anak kita diajarkan bahasa asing, mari kita perkenalkan dulu bahasa ibunya, agar mereka tahu siapa dirinya,” pesannya dengan penuh semangat.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa asing sebagai penunjang daya saing global tetap penting. Namun, akar budaya tidak boleh ditinggalkan, sebab dari sanalah anak-anak akan tumbuh dengan rasa bangga terhadap identitas daerahnya.
Sri Meliyana berharap lembaga pendidikan, terutama di jenjang PAUD dan TK, terus menjadi garda depan dalam menanamkan nilai-nilai budaya melalui bahasa ibu.
“Mari kita jaga bahasa kita, warisan nenek moyang kita. Karena bahasa ibu bukan hanya kata-kata — ia adalah napas sejarah, pengikat batin, dan jembatan menuju masa depan yang berakar pada kearifan lokal,”tutupnya.